Monday, August 13, 2018

Ilmu Tidak Didapatkan dengan Tubuh yang Santai

Posted by Aulia The Rock Angel

Ilmu Tidak Didapatkan dengan Tubuh yang Santai 

✍๐Ÿปdr. Raehanul Bahraen

https://muslim.or.id/35857-ilmu-tidak-didapatkan-dengan-tubuh-yang-santai.html

Semua manusia sepakat bahwa ilmu sangat penting bagi manusia. Baik ilmu dunia maupun ilmu agama, karena ilmu bisa meningkatkan derajat manusia.

Allah berfirman,

ูŠَุฑْูَุนِ ุงู„ู„َّู‡ُ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ู…ِู†ูƒُู…ْ ูˆَุงู„َّุฐِูŠู†َ ุฃُูˆุชُูˆุง ุงู„ْุนِู„ْู…َ ุฏَุฑَุฌَุงุชٍ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” [Al-Mujadilah : 11]

Karena ilmu ini yang bisa mengarahkan orang untuk beramal dengan amal yang benar. Jika tidak berilmu, bagaimana ia bisa beramal? Ath-habari rahimahullahu berkata,

ูˆูŠุฑูุน ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠู† ุฃูˆุชูˆุง ุงู„ุนู„ู… ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุฅูŠู…ุงู† ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู†، ุงู„ุฐูŠู† ู„ู… ูŠุคุชูˆุง ุงู„ุนู„ู… ุจูุถู„ ุนู„ู…ู‡ู… ุฏุฑุฌุงุช، ุฅุฐุง ุนู…ู„ูˆุง ุจู…ุง ุฃู…ุฑูˆุง ุจู‡

“Allah mengangkat derajat orang beriman yang berilmu di hadapan orang beriman yang tidak berilmu karena keutamaan ilmu mereka, jika mereka mengamalkan ilmu tersebut.”[1]

Salah satu keutamaan ilmu juga sebagimana dalam ayat berikut.

ูŠَุณْุฃَู„ُูˆู†َูƒَ ู…َุงุฐَุง ุฃُุญِู„َّ ู„َู‡ُู…ْ ۖ ู‚ُู„ْ ุฃُุญِู„َّ ู„َูƒُู…ُ ุงู„ุทَّูŠِّุจَุงุชُ ۙ ูˆَู…َุง ุนَู„َّู…ْุชُู…ْ ู…ِู†َ ุงู„ْุฌَูˆَุงุฑِุญِ ู…ُูƒَู„ِّุจِูŠู†َ ุชُุนَู„ِّู…ُูˆู†َู‡ُู†َّ ู…ِู…َّุง ุนَู„َّู…َูƒُู…ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ۖ ูَูƒُู„ُูˆุง ู…ِู…َّุง ุฃَู…ْุณَูƒْู†َ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุงุฐْูƒُุฑُูˆุง ุงุณْู…َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุนَู„َูŠْู‡ِ ۖ ูˆَุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ۚ ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ุณَุฑِูŠุนُ ุงู„ْุญِุณَุงุจِ

Mereka menanyakan kepadamu, “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajari dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya) dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allรขh amat cepat hisab-Nya.” [Al-Maidah/5:4].

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa anjing yang “berilmu/terlatih” (kalbun mu’allam/anjing terlatih) dihalalkan buruannya padahal anjing berburu dengan gigitan mulut dan ada air liurnya. Beliau berkata,

๏บ‡๏ปฅ ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปช ๏บณ๏บ’๏บค๏บŽ๏ปง๏ปช ๏ปญ๏บ—๏ปŒ๏บŽ๏ปŸ๏ปฐ ๏บŸ๏ปŒ๏ปž ๏บป๏ปด๏บช ๏บ๏ปŸ๏ปœ๏ป ๏บ ๏บ๏ปŸ๏บ ๏บŽ๏ปซ๏ปž ๏ปฃ๏ปด๏บ˜๏บ” ๏ปณ๏บค๏บฎُ๏ปก ๏บƒ๏ป›๏ป ๏ปฌ๏บŽ ، ๏ปญ๏บƒ๏บ‘๏บŽ๏บก ๏บป๏ปด๏บช ๏บ๏ปŸ๏ปœ๏ป ๏บ ๏บ๏ปŸ๏ปค๏ปŒ๏ป ّ๏ปข ๏ปญ๏ปซ๏บฌ๏บ ๏ปฃ๏ปฆ ๏บท๏บฎ๏ป‘ ๏บ๏ปŸ๏ปŒ๏ป ๏ปข

“Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan buruan anjing yang “bodoh/tidak dilatih” sebagai bangkai yang haram di makan dan Allah membolehkan buruan anjing terlatih. Hal ini menunjukkan kemuliaan ilmu.”[2]

Banyak orang yang sangat ingin berilmu dan menjadi orang yang memiliki ilmu, akan tetapi mereka tidak tahan dengan lelah dan letihnya menuntut ilmu. Ilmu tidak mungkin didapatkan, seseorang harus melawan nafsu bersantai-santainya.

Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata,

ูˆู„ุง ูŠุณุชุทุงุน ุงู„ุนู„ู… ุจุฑุงุญุฉ ุงู„ุฌุณุฏ

“Ilmu tidak akan diperoleh dengantubuh yang santai (tidak bersungguh-sungguh)”[3]

Semakin tinggi cita-cira kita, maka semakin sedikit juga waktu luang dan waktu untuk badan kita bersantai-ria.

Imam Syafi’i rahimahullah juga mengisyaratkan perjalanan dan perjuangan berat menuntut ilmu dengan hasil yang baik. Beliau berkata,

ู„ุง ูŠุทู„ุจ ู‡ุฐุง ุงู„ุนู„ู… ู…ู† ูŠุทู„ุจู‡ ุจุงู„ุชู…ู„ู„ ูˆุบู†ู‰ ุงู„ู†ูุณ ููŠูู„ุญ، ูˆู„ูƒู† ู…ู† ุทู„ุจู‡ ุจุฐู„ุฉ ุงู„ู†ูุณ، ูˆุถูŠู‚ ุงู„ุนูŠุด، ูˆุฎุฏู…ุฉ ุงู„ุนู„ู…، ุฃูู„ุญ

“Tidak mungkin menuntut ilmu orang yang pembosan, merasa puas jiwanya kemudian ia menjadi beruntung, akan tetapi ia harus menuntut ilmu dengan menahan diri, merasakan kesempitan hidup dan berkhidmat untuk ilmu, maka ia akan beruntung.”[4]

Abu ‘Amr bin Ash-Shalah menceritakan biografi Imam Muslim rahimahullah, beliau berkata,

ูˆَูƒَุงู†َ ู„ู…َูˆْุชู‡ ุณَุจَุจ ุบَุฑِูŠุจ ู†َุดุฃ ุนَู† ุบู…ุฑุฉ ููƒุฑูŠุฉ ุนู„ู…ูŠุฉ

“Tentang sebab wafatnya (imam muslim) adalah suatu yang aneh (bagiku), timbul karena kepedihan/kesusahan hidup dalam (menuntut) ilmu.”[5]

Menuntur ilmu selain meletihkan pikiran, juga terkadang meletihkan badan. Yahya Abu zakaria berkata,

ูˆุฐูƒุฑ ู„ูŠ ุนู…ูŠ ุนุจูŠุฏ ุงู„ู„ู‡ ู‚ุงู„: ู‚ูู„ุช ู…ู† ุฎุฑุงุณุงู† ูˆู…ุนูŠ ุนุดุฑูˆู† ูˆู‚ุฑุง ู…ู† ุงู„ูƒุชุจ، ูู†ุฒู„ุช ุนู†ุฏ ู‡ุฐุง ุงู„ุจุฆุฑ -ูŠุนู†ูŠ: ุจุฆุฑ ู…ุฌู†ุฉ- ูู†ุฒู„ุช ุนู†ุฏู‡ ุงู‚ุชุฏุงุก ุจุงู„ูˆุงู„ุฏ

“Pamanku Ubaidillah bercerita kepadaku, “aku kembali dari Khurasan dan bersamaku ada 20 beban berat yang berisikan buku-buku. Aku singgah di sebuah sumur –yaitu sumur Majannah- aku lakukan karena mencontoh ayahku.”[6]

Imam Syafi’i rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang menanggung letihnya menuntut ilmu adalah orang yang beruntung dengan ilmunya kelak. Beliau berkata,

ู…ุง ุฃูู„ุญ ูู‰ ุงู„ุนู„ู… ุฅู„ุง ู…ู† ุทู„ุจู‡ ูู‰ ุงู„ู‚ู„ุฉ، ูˆู„ู‚ุฏ ูƒู†ุช ุฃุทู„ุจ ุงู„ู‚ุฑุทุงุณ ููŠุนุณุฑ ุนู„ู‰َّ. ูˆู‚ุงู„: ู„ุง ูŠุทู„ุจ ุฃุญุฏ ู‡ุฐุง ุงู„ุนู„ู… ุจุงู„ู…ู„ูƒ ูˆุนุฒ ุงู„ู†ูุณ ููŠูู„ุญ

“Tidak akan beruntung orang yang menuntut ilmu, kecuali orang yang menuntutnya dalam keadaan serba kekurangan aku dahulu mencari sehelai kertaspun sangat sulit. Tidak mungkin seseorang menuntut ilmu dengan keadaan serba ada dan harga diri yang tinggi kemudian ia beruntung.”[7]

Semoga ini menjadi motivasi kita terutama di zaman ini yang ilmu sangat mudah diperoleh melalui internet, youtube dan sosial media. Jangan sampai kita terlena dengan kemudahan ini dan tidak berniat menuntut ilmu dengan baik. Silahkan bandingkan bagaimana cara kita menuntut ilmu dengan ulama zaman dulu.

@ Yogyakarta Tercinta

Baca juga:

60 Adab Dalam Menuntut IlmuIlmu Dicabut dengan Wafatnya UlamaIlmu yang Dibutuhkan oleh Juru Dakwah

Penulis: dr. Raehanul Bahraen
Artikel: Muslim.or.id

Catatan kaki:

[1] Jami’ Bayan fii Ta’wilil Quran 23/246, Muassasah Risalah, Asy-Syamilah

[2] Miftah Daris Sa’adah 1/55, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah

[3] Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi I/348 no.553, Darul Ibnu Jauzi, cet.I, 1414 H, syamilah

[4] Tadribur Rawi 2/584, Darut Thayyibah, Syamilah

[5] Shiyanah Shahih Muslim hal. 62, darul Gharbil Islamiy, Beirut, cet.II, 1408 H, Syamilah

[6] Siyar A’lam An-nubala 12/503 Darul Hadits, koiro, 1427 H, syamilah

[7] Tahdzib Al-Asma’ wa Al-Lughat hal. 54, Darul Kutub ‘Ilmiyah, Beirut, Syamilah

0 comments: